SEO BLOG & TEMPLATES
-
Tunadaksa/gangguan gerekan/kelainan anggota tubuh Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (t...
-
A. Definisi Low vision 1. Definisi low vision berdasarkan kuantitas pengukuran tajam pen...
-
I. KISI-KISI INSTRUMEN ASESMEN PERKEMBANGAN USIA 3-4 TAHUN ASPEK INDIKATOR ...
-
PENGANTAR Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bahan ...
-
1. Identitas Anak Nama Lengkap : Kireina Saiwana Riffa Nama Panggilan ...
-
Oleh Permanarian Somad dan Didi Tarsidi I. Tujuan Asesmen Pendidikan anak tunarungu merupakan proses yang kompleks. Penempatan y...
-
Oleh Amalia (PLB UPI 08) Anak-anak berkebutuhan khusus, seperti anak tunarungu, bisa berkembang menjadi manusia dewasa yang mandiri dan b...
-
1. Sejarah Singkat Pendidikan Tunanetra di Dunia Sekolah pertama bagi anak tunanetra di Eropa d...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara s...
Arsip Blog
-
▼
2011
(17)
-
▼
Juni
(16)
- Pendidikan Luar Biasa Dulu dan Sekarang
- Karakteristik Belajar Anak Tunalaras
- Asesmen Perkembangan Anak Usia 3-4 Tahun
- Contoh Laporan Hasil Stimulasi dan Intervensi
- Keterampilan Memberikan Penguatan
- Deteksi Dini Anak Autis
- Pengertian Anak Autis
- Intervensi Dini untuk Anak Tunarungu
- Pengertian, Ciri-ciri dan Karakteristik AnakTunadaksa
- Anak Tunagrahita dan Karakteristiknya
- Dampak Ketunarunguan terhadap Perkembangan Individu
- Asesmen Anak Tunarungu
- Definisi dan Klasifikasi Tunarungu
- Keterampilan Membaca pada Pengguna Braille
- LOW VISION
- SEJARAH PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA
-
▼
Juni
(16)
Categories
- Autis (2)
- Belajar dan Pembelajaran ABK (1)
- Form Upload File (1)
- Sejarah PLB (1)
- Stimulasi dan Intervensi (2)
- Tugas-Tugas (3)
- Tunadaksa (1)
- tunagrahita (1)
- Tunalaras (1)
- Tunanetra (4)
- Tunarungu (4)
- UMUM (10)
Materi PLB »
Tunanetra
»
LOW VISION
LOW VISION
Posted by Materi PLB on Minggu, 26 Juni 2011 |
Tunanetra
A. Definisi Low vision
1. Definisi low vision berdasarkan kuantitas pengukuran tajam penglihatan dan lapang pandangan. World Health Organization (WHO) mendefinisikan low vision pada tahun 1992 sebagai berikut :
Seorang dengan low vision merupakan orang yang mengalami kerusakan fungsi penglihatan setelah penatalaksanaan dan/atau koreksi refraksi standar, dan mempunyai tajam penglihatan kurang dari 6/18 (20/60) terhadap persepsi cahaya atau lapang pandangan kurang dari 100 dari titik fiksasi.
Definisi terbaru low vision meliputi pengukuran/pemeriksaan sensitivitas kontras, skotoma sentral atau parasentral serta keluhan peningkatan kepekaan terhadap cahaya, kelainan persepsi warna, adaptasi gelap, motilitas mata dan fusi.
2. Low Vision adalah seseorang yang memiliki penglihatan jauh, tetapi masih mungkin dapat melihat obyek dan benda-benda yang berada pada jarak beberapa inci atau meksimum pada jarak beberapa kaki (Emirat, Barraga Natalie C).
3. Low Vision adalah seseorang yang memiliki keruskan penglihatan yang sangat berat, meskipun telah mengalami perbaikan, tetapi masih mungkin meningkat fungsi penglihatannya menggunakan alat Bantu optic, non optic, dengan modifikasi lingkungan dan atau teknik (Dr. Corn).
4. Low Vision adalah seseorang yang memiliki ketajaman penglihatan yang menurun/lemah dan atau ada kelainan pada luas pandang atau pada visual system (The United States standards for Low Vision Services).
5. Low Vision adalah kondisi penglihatan yang masih mengalami kesulitan untuk melihat meskipun sudah menggunakan kacamata ataupun tidak terbantu dengan kacamata (PERTUNI).
6. Low Vision (kurang lihat) adalah mereka yang mengalami kelainan penglihatan sedemikian rupa tetapi masih dapat membaca huruf yang dicetak besar dan tebal baik menggunakan alat Bantu penglihatan maupun tidak (Dr. Juang Sunanto).
B. Ciri-ciri Anak Low Vision
1. Ciri-ciri umum: (a) menulis dan membaca dalam jarak dekat; (b) hanya dapat membaca huruf berukuran besar; (c) sulit membaca tulisan di papan tulis dari jarak jauh; (d) memicingkan mata atau mengerutkan dahi ketika melihat di bawah cahaya yang terang; (e) terlihat tidak menatap lurus ke depan ketika memandang sesuatu; (f) kondisi mata tampak lain, misalnya terlihat berkabut atau berwarna putih pada bagian luar.
2. Ciri-ciri Fisik: (a) sekeliling mata memerah, bulu mata menutup pandangannya; (b) mata berair atau mata memerah; (c) sering ada timbil di mata atau merasa gatal; dan (d) rasa pening, sakit kepala, atau rasa mual.
3. Ciri-ciri sikap:
a) berkedip-kedip atau memutar-mutar mata;
b) memejamkan mata atau menutupi satu mata;
c) mengerutkan atau merubah wajah;
d) terlalu sensitive kepada cahaya;
e) sulit melihat di tempat gelap;
f) tidak dapat membedakan warna atau menduga jarak;
g) sulit membaca dekat atau jauh;
h) seringkali kehilangan baris bila sedang membaca dan tidak dapat kembali pada baris yang dimaksud;
i) mengeluhkan tulisan yang terlalu kecil dan kabur;
j) sulit membaca tulisan yang ada di papan tulis;
k) tulisannya buruk dan susunanya tidak rapi;
l) tidak dapat menggambar sebuah bangun geometri an tidak bisa mencari peta;
m) kesulitan memotong atau menjahit;
n) kelihatan kaku dan tidak bisa mengkoordinasikan mata atau tangan;
o) posisi kepalanya tidak benar;
p) posisi tubuhnya tidak benar bila berjalan atau bekerja;
q) penuh keraguan, dan bila berjalan sering tersandung;
r) sering membentur benda;
s) mudah tergelincir dan sering menabrak benda atau sulit naik dan turun tangga;
t) mudah terkejut bila ada orang atau sesuatu yang tiba-tiba datang ke arahnya.
u) Tidak mau bermain secara berkelompok.
v) Selalu kelihatan bingung pada suatu tempat, misalnya (1) mencari suatu benda (2) gerakannya, postur tubuhnya, wajahnya menunjukkan rasa kesal.
C. Klasifikasi Anak Low Vision
The International Classification of Disease, 9 th Revision, Clinical Modifiication (ICD-9-CM) membagi low vision atas 5 kategori. sebagai berikut :
- Moderate visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi kurang dari 20/60 sampai 20/160.
- Severe visual impair inert. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi kurang dari 20/160 sampai 20/400 atau diameter lapang pandangan adalah 20 derajat atau kurang ( diameter terbesar dari isopter Goldmann adalah 1114e, 3/100, objek putih ).
- Profound visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi kurang dari 20/400 sampai atau diameter lapang pandangan adalah 100 atau kurang.
4. Near-total vision loss. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi 20/1250 atau kurang.
5. Total blindness. No light perception.
D. Etiologi dan Gejala Klinis
Low dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi mata dan sistem visual. Kelainan-kelainan ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 bagian besar yang dapat membantu dalam memahami kesulitan dan keluhan pasien serta memililih dan mengimplementasikan strategi untuk rehabilitasnya.
Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan dalam empat golongan yaitu :
1. Penglihatan sentral dan perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat kekeruhan media (cornea, lensa. corpus vitreous).
2. Gangguan resolusi fokus tanpa skotoma sentralis dengan ketajaman perifer normal. khas pada oedem makula atau albinisme.
3. Skotoma sentralis. khas untuk gangguan makula degeneratif atau inflamasi dan kelainan-kelainan nervus optikus.
4. skotoma perifer, khas untuk glaukoma tahap lanjut, retinitis pigmentosa dan gangguan retina perifer lainnya.
Berdasarkan data tahun 2002, jumlah populasi yang buta atau mengalami low vision karena efek dari penyakit-penyakit infeksi menurun, tetapi meningkat yang disebabkan karena kondisi-kondisi yang berhubungan dengan masa hidup yang lebih panjang.
Sebelum pasien mengalami buta total, mereka mengalami penurunan fungsi penglihatan yang bermakna untuk beberapa tahun.
E. Penyebab Low Vision
Low Vision dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi mata dan sistim penglihatan. Cacat bawaan, kecelakaan, penyakit tertentu, atau ketuaan, semuanya dapat mengakibatkan cacat penglihatan.
Penyebab yang lebih umum adalah kerusakan pada retina, yaitu jaringan peka cahaya dibelakang mata. Namun, kerusakan penglihatan dapat juga disebabkan oleh situasi-situasi seperti :
· Katarak
· Degenerasi Makula
· Retinopati Diabetika
· Glaukoma
· Luka pada kornea
· Terlepasnya retina
Kelainan-kelainan lain dapat juga menyebabkan Low Vision. Hal ini meliputi RETROLENTAL FIBROPLASIA (kelainan pada retina yang dapat terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur akibat tingginya kadar oksigen di inkubator), stroke, degenerasi saraf seperti Multipel Sklerosis, luka pada mata atau otak, dan kelainan-kelainan yang diturunkan seperti Retinitis Pigmentosa (kerusakan retina yang menyebabkan hilangnya penglihatan tepi secara progresif atau terus-menerus).
Top 5 Popular of The Week
-
Oleh Permanarian Somad dan Didi Tarsidi I. Tujuan Asesmen Pendidikan anak tunarungu merupakan proses yang kompleks. Penempatan y...
-
1. Sejarah Singkat Pendidikan Tunanetra di Dunia Sekolah pertama bagi anak tunanetra di Eropa d...
-
Tunadaksa/gangguan gerekan/kelainan anggota tubuh Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (t...
-
Oleh Permanarian Somad dan Didi Tarsidi (Informasi berikut ini diambil dari Easterbrooks (1997) dan Ashman & Elkins (1994)). I. ...
-
I. KISI-KISI INSTRUMEN ASESMEN PERKEMBANGAN USIA 3-4 TAHUN ASPEK INDIKATOR ...
-
BAB I PENDAHULUAN I. Latar belakang Beragam problem terkait dengan motivasi berprestasi siswa di sekolah seringkali dihadapi guru. Ada...
-
A. Definisi Low vision 1. Definisi low vision berdasarkan kuantitas pengukuran tajam pen...
-
Oleh: Widianto H Didiet Blog: http://edukasi.kompasiana.com Tawuran Pelajar, Pemalakan Oleh Siswa sekolah lain dan berbagai kekeras...
-
1. Identitas Anak Nama Lengkap : Kireina Saiwana Riffa Nama Panggilan ...
-
PENGANTAR Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bahan ...
Tidak ada komentar: